Kisah Seorang Wanita Pengidap Kusta yang Berhasil Bangkit & Sembuh

Kisah Seorang Wanita Pengidap Kusta yang Berhasil Bangkit & Sembuh
image source: (herminahospitals.com)

Konten GaptekKusta merupakan suatu penyakit yang mana ketika seseorang mengidap penyakit tersebut, maka ia bisa dikucilkan dari lingkungan sekitarnya, baik itu dari keluarga, kerabat, teman, dll. Padahal seharusnya penderita kusta bukannya mendapatkan diskriminasi dan perlakuan buruk, tetapi harusnya disupport selalu agar mereka tetap memilliki semangat agar bisa produktif dan beraktivitas sebagaimana manusia normal lainnya.

Makanya kusta ini bisa dikatakan penyakit yang bukan hanya menyerang tubuh saja, lebih dari itu kusta juga berpengaruh terhadap sikologis seseorang, terutama dalam kesehatan mentalnya. Hal ini yang telah dialami oleh beberapa penderita kusta, bagaimana ia bisa bertahan dari gempuran makian dari lingkungan yang tidak bisa menerimanya karena penyakit kusta yang diderita. Alasannya tentu karna takut tertular, sehingga kerap kali penderita kusta merasa dirinya dijauhi dan tak ada yang peduli.

Kisah Seorang Perempuan Pengidap Kusta yang Berhasil Bangkit & Sembuh
Wanita dan Kusta

Berbicara soal kusta, aku jadi teringat kemarin tepatnya tanggal 30 Agustus 2023 lalu, aku sempat mengikuti talkshow “Ruang Publik KBR” bersama NLR Indonesia di kanal youtube Berita KBR yang dipandu oleh Mas Rizal Wijaya dengan pembahasan upaya sosialisasi kusta. Dalam talkshow tersebut turut menghadirkan seorang perempuan yang pernah mengidap penyakit kusta, yakni Mba Yuliati. Beliau adalah seorang OYPMK (Orang yang Pernah Mengidap Kusta) berdomisili di daerah Takalar, Sulawesi Utara.

Dalam kesempatan tersebut Mba Yuli menceritakan bagaimana sih cara ia mampu bertahan dan tetap memiliki semangat hidup hingga sembuh seperti sekarang ini. Tentunya dari kisah dan pengalaman yang diceritaka oleh beliau, banyak sekali hikmah dan pelajaran yang bisa kita semua ambil dan jadikan contoh.

Mba Yuli awal mulanya tertular bakteri Mycobacterium leprae (M. Leprae) yang merupakan salah satu penyebab penyakit kusta. Saat mengalami kusta sejak 2011 ia tidak pernah merasa putus asa dan lelah, meskipun cobaan dari berbagai sisi terus menghantuinya, namun ia tetap bertekad dan semangat untuk melawan kusta yang ia alami. Perjuangan melawan kusta bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan suatu hal yang mustahil juga untuk bisa dihadapi.

Penderita Kusta Bisa Bangkit dan Sembuh

Seperti yang sudah saya sempat singgung di awal, bahwa kusta bukanlah suatu penyakit yang hanya terlihat fisik saja, lebih dari itu kusta sangat mempengaruhi mental seseorang apabila tidak kuat melawan tekanan yang diberikan oleh lingkungannya, terutama orang terdekat yang tidak bisa menerima. Saat ia berada di posisi terendah, disitulah pengidap kusta sangat butuh support system agar bisa bangkit dan percaya kalau dirinya bisa sembuh.

Perlunya dukungan dari berbagai pihak yang harus selalu menyemangati para penderita kusta agar bisa tetap memiliki gairah dan motivasi hidup, bangkit dari keterpurukannya dan yakin bahwa dunia tidak sejahat yang mereka pikirkan. Ingatlah bahwa tuhan yang memberikan penyakit, dan tuhan jugalah yang dapat menyembuhkannya. Tidak mungkin tuhan membebani seorang hambanya, melebihi batas kesanggupan hamba tersebut. Jadi kita harus memberitahu kepada penderita kusta, kalau mereka itu dapat bangkit dari kusta yang dialami.

Kisah Seorang Perempuan Pengidap Kusta yang Berhasil Bangkit & Sembuh
Mba Yulianti

Hal ini juga lah yang dirasakan oleh Mba Yuli, dimana saat itu ia pernah ada niatan untuk melakukan bunuh diri. Waktu itu awal mulanya ia menemukan bercak pada tubuhnya yang menandakan kalau ia akan terkena penyakit kusta. Namun ia mampu berperang terhadap pemikiran buruknya, dan akhirnya mba Yuli yakin kalau penyakitnya ini bisa sembuh, dikarenakan hanya ada satu bercak saja. Dengan berusaha terus memberikan energi positif kepada dirinya sendiri.

Ditengah ia mengalami kusta, banyak sekali orang yang tidak menyukainya seperti menjauhi dan tidak mau bergaul dengan beliau lantaran takut tertular. Meskipun demikian, perlakuan buruk masyarakat yang seperti tidak mau menerimanya, ditambah tayangan berita yang terus menginformasikan betapa bahaya penyakit kusta tidak membuat semangat hidup Mba Yuli down begitu saja, justru malah sebaliknya ia bisa bangkit dan berhasil menghilangkan keinginan untuk bunuh diri.

Perlakuan demi perlakuan buruk terus diterima oleh mba Yuli dari segelintir masyarakat, tak terkecuali dari pacarnya sendiri. Padahal awalnya sang pacar tidak terlalu mempermasalahkan pada kondisinya yang saat itu telah terkonfirmasi sebagai penderita kusta dari bercak yang ada pada tubuhnya. Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya timbul rasa ingin menjauhi dari sang pacar kepada dirinya.

Dari gelagat dan cara pacarnya memperlakukan ia, sudah bisa ketebak kalau pacarnya merasa tidak nyaman lagi berada di dekat mba Yuli dan ada tanda-tanda yang menunjukkan ingin berpisah. Namun mba Yuli tidak takut akan ditinggali oleh kekasihnya, dan tetap yakin kalau bakal ada nantinya seseorang yang mau menerima ia apa adanya dengan segala kondisi yang ia alami termasuk kusta pada dirinya.

“Saya harus lebih baik dari orang lain”

Itulah sebuah ucapan yang dilontarkan oleh mba Yuli dia merasa bahwa diluar sana masih banyak kok yang kondisi penyakitnya lebih parah dari dirinya, tetapi mereka bisa menikmati hidup. Maka akhirnya dengan keteguhan hatinya ia yakin bahwa dengan segala kondisi yg dialami, ia mampu bangkit dan yakin kalau nantinya ia bisa menemukan pasangan yang bisa memahami dan menerima kekurangannya.

“Kalau mau menerima saya, ya saya turut bersyukur. Namun jika tidak, ya saya juga tidak masalah”

Dari ucapannya tersebut tentu saja membuat siapapun yang mendengarnya akan merasa kaget, tak semua orang memiliki kekuatan mental seperti Mba Yuli. Beliau sebagai seorang wanita tangguh yang memiliki semangat dalam dirinya dan yakin bahwa kusta bukanlah akhir dari segalanya.

Mba Yuli juga turut memberikan semangat kepada seluruh penderita kusta maupun OYPMK agar tetap semangat dan jangan pernah menyerah. Sosialiasi ini mba Yuli lakukan bersama rekan-rekannya yang ada di Permata, Sulawesi Selatan. Namun saat melakukan sosialisasi tersebut masih ada saja rintangan dan ujian yang ia alami, entah itu sebagian masyarakat tidak mau mendengarkan dan menganggap dirinya adalah seorang sales yang ingin menawarkan produk.

Padahal niatnya murni hanya untuk mengedukasi para masyarakat, yang memang khususnya masih awam soal kusta agar tidak menimbulkan stigma negatif yang terus berkelanjutan kepada penderita kusta. Ia tetap memberikan ajakan dan masukan yang baik untuk berobat bagi siapapun yang mengalami kusta, terutama ketika mengalami keanehan yang terjadi pada kulit tubuh, segeralah lapor dan datang ke dokter untuk berkonsultasi lebih lanjut apabila ada tanda-tanda yang mengarah kepada penyakit kusta.

Kisah Seorang Perempuan Pengidap Kusta yang Berhasil Bangkit & Sembuh
Talkshow Wanita & Kusta (Ruang Publik KBR)

Mba Yuli menemukan sebuah wadah dimana ia bisa menikmati hidup meskipun sedang mengalami kusta, yakni saat ia mengenali Perhimpunan Mandiri Kusta (Permata), disana mba Yuli menerima pelatihan mulai dari pembangunan karakter, penerimaan diri, sehingga mba Yuli pun memiliki keyakinan yang kuat ketika terjun dan bersosialiasi di tengah masyarakat. Hingga akhirnya ia menjadi Ketua PerMaTa SulSel.

Dukungan dari keluarganya semakin membangkitkan gairah mba Yuli untuk bisa sembuh dan tetap menggaungkan semangat kepada lingkungan sekitarnya tentang edukasi kusta. Disinilah pentingnya peran dan turut andil dukungan pihak keluarga, selalu memberikan energi positif sehingga mentalnya mba Yuli tidak goyah, dan malah memberikan semangat membara terhadap dirinya bisa bangkit.

Stigma buruk yang telah menjamur di telinga masyarakat, harus diputuskan secepat mungkin. Sebab stigma negatif yang beredar di tengah masyarakat kepada penyakit kusta itu tidaklah benar, dengan menganggap bahwa kusta adalah suatu kutukan dari tuhan dan tidak dapat sembuh. Stigma itulah yang harus diluruskan di tengah masyarakat kita, bahwa yang sebenarnya adalah kusta itu dapat sembuh, kusta hanya bisa menular ketika seseorang melakukan kontak erat dengan penderita dan itupun tidak dalam waktu yang singkat, dan yang terakhir adalah orang yang menderita kusta tidak selamanya akan mengakibatkan disabilitas kepada dirinya.

Yuk kita sama-sama dukung para penderita kusta dan OYPMK agar terus memiliki semangat hidup dan produktif layaknya manusia pada umumnya. Stigma-sitgma negatif harus dimusnahkan sekarang juga, demi kesehatan mental pada penderita kusta. Sejatinya kusta yang mereka alami, bukanlah keinginannya, sehingga bagaimanapun kondisinya mereka pun butuh dukungan dari berbagai pihak.

Dari kisah mba Yuli diatas bisa dipetik hikmahnya bahwa jangan pernah merasa putus asa, sekalipun orang terdekat menjauhi. Yuk kita doakan para saudara-saudara kita diluar sana yang sedang diberikakan penyakit kusta, agar secepatnya diberikan kesembuhan dengan cara berobat dan tetap berdoa kepada tuhan yang maha kuasa.

Terima kasih juga kepada Ruang Publik KBR dan NLR Indonesia yang selalu mengadakan talkshow tentang kusta. Harapannya dengan adanya acara ini, pada masyarakat bisa meninggalkan stigma negatif terkait kusta, dan pada akhirnya semakin berkurangnya para penderita kusta yang ada di bumi, syukur-syukur kalau bisa hilang selamanya.

Tetap semangat buat penderita kusta, yakin bahwa kalian bisa sembuh dan produktif menjalani hidup…!

Oke sekian ulasan kali ini, SEOmoga dapat bermanfaat.

Related Posts
Akmal Farabi
syailendra akmal farabi hanya seoarang blogger muslim beraqidah ahlusunnah wal jamaah dan bermazhab syafi'i yang ingin memberikan manfaat kepada orang lain melalui media blog sebagai sarana dakwah islamiyah. sebaik-baiknya manusia ialah yang bermanfaat untuk orang lain.

Related Posts

Post a Comment